Selasa, 21 Desember 2010

Bulan dalam Lamunan


-Ah, bulan andai saja kau tahu begitu banyak sajak terbuat untukmu.

Malam ini hujan. Langit yang sebelumnya begitu merah, akhirnya memuntahkan bulir-butir air yang jatuh dengan jeram. Seturut perhitungan titi mangsa, semestinya malam ini tak ada hujan; karena malam ini, ya, malam ini, adalah bagian dari malam-malam musim kemarau yang panjang, bukannya penghujan.

Malam ini hujan turun, mungkin, berbarengan dengan peri-peri mimpi yang setiap malam, setelah pukul sembilan, menceritakan dongeng dalam tidur anak-anak. Ya sudah, biarlah, biar hujan yang turun malam ini merinaikan nyanyian penghantar bagi dongeng-dongeng yang dituturkan oleh peri mimpi itu ditilam anak-anak. Biar juga tidur anak-anak semakin nyenyak, senyenyak tukang becak yang tidur di pinggir jalan yang gelumat oleh bahana kendaraan roda dua, tiga, dan empat, enam, delapan; ya, dimana lagi kalau bukan di atas becak. Dan, tentu saja, malam ini tak ada bulan di langit muram.

Tapi, andai kata malam ini tak hujan, tentu saja, bulan akan gilap-gemilap membagi adil cahaya ke bumi. Di atas langit yang cerah, bulan akan serupa batu topaz kuning yang belum dilampas, atau barangkali, seperti Kyaiktiyo Pagoda yang tergantung di atas langit bukannya di negara Mon, Burma, di atas bumi.

Bulan akan merona laksana pipi merahmu yang tersipu karena menahan malu. Bulan..bulan..merah jambu, begitu kata salah satu lagu yang memujamu. Tapi tahukah kau bahwa bulan tak pernah tidur. Tak pernah ia bisa bermimpi, padahal ingin sekali ia bermimpi. Ingin juga ia membagi cerita tentang mimpinya itu pada mereka yang senantiasa memandanginya telanjang di malam-malam bersama bintang gemintang. Bersama angin sepoi-sepoi yang mendayu-dayu seperti lagu melayu itu.

Ah, bulan andai saja kau tahu begitu banyak sajak terbuat untukmu. Begitu banyak juga lukisan tentangmu: dari bulan sabit, bulan purnama, bulan keropos, bulan ditelan awan, juga bulan lupa ingatan. Ah, andai saja bulan kau tak pernah ada di alam raya semesta, di langit sana, di bentangan cakrawala malam itu, mungkin aku tak akan pernah menuliskan ini untukmu. Ya, tak akan pernah...    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar